Di kota Solo didirikan sebuah perkumpulan yang dinamakan : "VEREENIGING TOT BEVORDERING VAN HET NEUTRAAL LAGER ONDERWIJS AAN INLANDERS TE SOERAKARTA", yang medapat pengakuan sebagai Badan Hukum ("rechtspersoon") dari Pemerintah Hindia Belanda pada tangga 21 Desember 1915. Kemudian pada tahun 1938 nama tersebut diganti dengan "VEREENIGING TOT BEVORDERING VAN NEUTRAAL ON DERWIJS AAN INHEEMSCKEN TE SURAKARTA", sesuai dengan dasar dan jiwa Nasional para pendiri.
AZAS DAN TUJUAN
Untuk mencapai azas dan tujuan menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dengan mengadakan sekolah-sekolah (Balai Pendidikan) maka yayasan ini berusaha mwmwlihara dan atau mendirikan sekolah-sekolah rendah, sekolah lanjutan, perguruan-perguruan tinggi dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.
SEKOLAH-SEKOLAH YANG DIDIRIKAN
1. Neutrale HIS I di Mangkubumen, Solo
2. Neutrale HIS II di Slompretan, Solo
3. Neutrale HIS di Sragen
4. Neutrale Schakelschool di Penumping, Solo
5. MULO di Manahan.
Sekolah-sekolah tersebut masing-masing mempunyai gedungnya sendiri, lengkap dengan meubelarinya/alat-alat sekolahnya, semua juga milik perkumpulan sendiri, semuanya juga milik perkumpulan sendiri, bukan bantuan dari Pemerintah pada waktu itu dengan mutu pendidikan yang tinggi.
INTERNAAT HAPSARA
Untuk memajukan Pemuda Indonesia, disamping meringankan beban orang tua, Neutral medirikan asrama pelajar yang diberi nama "INTERNAAT HAPSARA", nama dari salah satu putra K. G. Panembahan Hadiwidjojo, yang banyak jasa-jasanya terhadap perkumpulan Neutral.
PERGANTIAN NAMA
Dengan masuknya Jepang di Indonesia pada tahun 1942, agar sesuai dengan keadaan serta suasana pada waktu itu, nama "Neutraal" (bahasa Belanda) diganti dengan "Perkumpulan Perguruan Murni", karena menurut pengurus hanya perkataan "MURNI" yang mendekati arti "NEUTRAAL".
PERIODE TIDAK MENYELENGGARAKAN SEKOLAH-SEKOLAH
Dengan masuknya Jepang di Indonesia, Perguruan Murni berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan para guru baik di dalam maupun di luar Perguruan Murni, karena kegoncangan subsidi sekolah.
Pada tahun 1944 keluarlah suatu peraturan Pemerintah Jepang bahwa sekolah-sekolah swasta harus diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Tapi semenjak tahun 1944-1950 Perguruan Murni tidak menyelenggarakan sekolah-sekolah dan hanya membantu pemerintah dengan gedung-gedung dan meubilairnya.
PERIODE PENGANGKATAN KEMBALI
Banyak sekolah-sekolah swasta yang tidak bermutu dan oleh penyelenggara dijadikan usaha mendapatkan bekal hidup baru (seperti perusahaan). Lalu Perguruan Murni melakukan langkah-langkah yang baru (1950). Untuk mencari kekuatan ada beberapa sekolah swasta yang dengan sukarela melindung kepada Perguruan Murni:
1. S.M.A. MURNI bagian B dan C
2. S.G.A. MURNI
3. S.M.P. MURNI I
4. S.M.P MURNI II
5. S.M.P. MURNI III
Akan tetapi mutu sekolah-sekolah tersebut rendah dan baru tahun 1960 dapat ditingkatkan dan sekarang sudah memuaskan. Akhirnya sesuai kemajuan dan tuntutan kebudayaan masyarakat pada masa itu Yayasan Perguruan Murni di Surakarta telah dapat menyelenggarakan sekolah-sekolah:
1. SD MURNI
2. SMP MURNI 1 DAN 2
3. SMA MURNI
4. STM MURNI
Sampai sekarang mulai tahun 1989 Yayasan Perguruan Murni menyelenggarakan sekolah-sekolah:
1. SLTP MURNI I
2. SMU MURNI
3. SMK MURNI (STM)
4. SMK MURNI 2(SMEA)
0 komentar:
Posting Komentar